RESENSI BUKU DRAMA KEDOKTERAN TERBESAR
Judul : Drama Kedokteran Terbesar
Penulis : Prof. M.A. Hanafiah S.M.
Tahun Terbit : 1976
Penerbit : Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah Jakarta
Tebal Halaman : 65 Halaman
“Ze willen my hebben. Ik zal zorgen, dat jullie allemaal eruitgaan, maar ik...” (Mereka menghendaki saya bersalah, saya akan mengusahakan kalian semua dari sini, tetapi saya...”) disambung dengan menggerakkan tangannya ke jurusan leher, seolah-olah berkata potong leher.-hal 38. Kalimat tersebut diutarakan oleh Prof. Dr. Achmad Mochtar seorang Dokter Indonesia yang dituduh Jepang telah memberikan vaksin dengan bakteri tetanus yang menyebabkan 300 lebih pekerja romusha meninggal.
Sekitar 72 tahun yang lalu, terjadi drama kedokteran besar di Indonesia, 300 lebih romusha meninggal karena salah suntik. Hampir seluruh karyawan Laboratorium Eykman di Jakarta dan beberapa dokter di luar lembaga tersebut ditangkap polisi militer Jepang (Ken Pei Tai) atas tuduhan meracuni vaksin tersebut.
Jepang menuduh Prof. Dr. Achmad Mochtar lah kepala dari pembuatan vaksin ini, padahal nyatanya vaksin tidak dibuat di Laboratorium Eykman, vaksin dibuat di Institut Pasteur di Bandung. Menurut Marimoto, Prof. Dr. Achmad Mochtar dianggap sebagai orang yang merencanakan pemberontakan terhadap peerintah balatentara Jepang. Itulah karenanya Jepang memaksa Prof. Dr. Achmad Mochtar untuk mengakui itu adalah kesalahnnya. Padahal tidak mungkin seorang Prof. Dr. Achmad Mochtar hendak melukai ratusan saudara sebangsanya sendiri.
Seluruh karyawan Laboratorium Eykman di Jakarta dan beberapa dokter di luar lembaga ditahan dengan siksaan yang begitu parah, hingga ada yang meninggal di tahanan diantaranya : Prof. Dr. Achmad Mochtar, Dr. Marah Achmad Arief, Dr. Soelaiman Siregar.
Buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh penulis yaitu Prof. M.A. Hanafiah S.M. yang juga ikut ditahan, dan juga tokoh-tokoh lainnya. Buku ini membuat kita membuka mata dan hati, bahwa dahulu ada dokter Indonesia yang begitu besar jiwanya demi bangsa ini, sehingga kita yang sudah diberi kemerdekaan ini jangan sampai pernah terjajah kembali. Di buku ini juga ada beberapa fotocopyan surat keterangan kematian Dr. Marah Achmad Arief yang mati ditahanan, dengan mayat penuh bekas luka penganiayaan.
Buku ini memiliki kekurangan yaitu, dalam penulisan banyak ditemukan kata yang tidak baku “Hari Saptu”-hal 16, pada halaman 44 ada bagian tulisan yang menggantung.
Buku ini menjadi salah satu catatan penting dalam sejarah Indonesia, harapannya agar warga Indonesia dapat membaca buku ini, dan ikut merasakan yang terjadi dengan para pahlawan kita, mari kita panjatkan doa kepada yang Maha Esa, untuk para pahlawan kita.
Buku ini menjadi salah satu catatan penting dalam sejarah Indonesia, harapannya agar warga Indonesia dapat membaca buku ini, dan ikut merasakan yang terjadi dengan para pahlawan kita, mari kita panjatkan doa kepada yang Maha Esa, untuk para pahlawan kita.
Daftar Pustaka : http://library.uny.ac.id
http://uny.ac.id
http://journal.uny.ac.id
http://library.fip.uny.ac.id
http://uny.ac.id
http://journal.uny.ac.id
http://library.fip.uny.ac.id